Friday, August 24, 2007

Indonesia GO BLOG!!!!

Bulan lalu saya membaca sebuah artikel di koran Republika, tanggalnya saya tidak ingat. Artikel tersebut cukup menarik bagi saya dari segi judul, Indonesia Go Blog. Seperti yang kita bisa lihat era internet sudah semakin maju, para blogger mulai banyak bermunculan di dunia maya. Entah ini sebuah kemajuan atau apalah saya tidak terlalu mau membahas masalah itu.
Yang menarik dari artikel itu adalah judul artikel tersebut yang bisa memiliki dua makna:
  1. Indonesia GO BLOG, dalam artian kemajuan dan perkembangan para blogger yang cukup bagus. Menurut penelusuran dan survei saya ada lebih dari 500 ribu blogger yang ada di dunia maya. Menjadi terkenal lewat sebuah web blog merupakan hal yang sangat populer dalam beberapa tahun terakhir ini dan hampir 40 % merupakan blogger asal Indonesia. Hebat khan SDM asal Indonesia (itu menurut saya, entah menurut orang lain)
  2. Indonesia GO BLOG(Bego), nah kalau dalam artian yang satu ini yang membuat saya rada geli. Bukannya saya berpikiran negatif, awalnya saya tidak berpikir kesana, kebetulan saya bercerita pada tante saya tentang artikel yang saya baca. Dan reaksinya hanya begini"emang Indonesia itu goblok", saya pun terpingkal2 dan berpikir iya juga ya arti dari artikel ini memang unik. Dari satu sisi hebat dan go dalam hal kemajuan dan perkembangan para blogger, lah di sisi lain Indonesia bangsa yang kita cintai ini memang goblok2 penghuninya.

Thursday, August 23, 2007

Refleksi 17-an

Bulan Agustus pasti identik dengan perayaan 17-an. Yup WNI mana seh yang ngga tau HUT Republik Indonesia?
Kebangetan banget kalau ampe kagak tau HUT negaranya sendiri. Nah coba deh perhatikan persiapan yang dilakukan mayoritas masyarakat bangsa ini jika sudah memasuki bulan Agustus.
Dimana-mana pasti sibuk berbenah disana-sini, mulai dari gotong-royong tenaga buat bersih-bersih lingkungan sekitar ampe gotong-royong dana buat beli segala macam embel2 dan atribut untuk memeriahkan acara 17-an.
Tapi coba anda bertanya kepada mereka semua yang sibuk berpartisipasi dengan segala tetek bengek persiapan 17-an, tanyakan Apakah mereka tau makna dari perayaan 17-an???
Pasti mayoritas dari mereka tidak memaknai betul makna perayaan HUT RI, tidak tertutup kemungkinan kita sendiri tidak pernah memaknai arti dari ceremoni 17-an, mungkin saya sendiripun kurang memaknai betul akan perayaan 17-an.
Pada dasarnya kita para warga negara Indonesia tidak pernah dan kurang paham akan perjuangan para Pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini denagn darah dan nyawa mereka dari tangan para penjajah.
Kita hanya tau jika bulan Agustus tiba maka seabrek rencana dan setumpuk kertas proposal telah disiapkan untuk menjalankan misi perayaan pesta rakyat tahunan itu.
Padahal Hari Kemerdekaan yang telah menginjak usia 62 tahun ini bukan hanya sekedar sebuah perayaan yang dimeriahkan dengan seabrek lomba, mulai dari lomba makan kerupuk sampai lomba panjat pinang.
Seharusnya kita harus lebih memaknai arti dari Kemerdekaan itu sendiri, bangsa ini memang sudah merdeka dari tangan dan kendali para penjajah.Tapi kita belum merdeka dari belenggu-belenggu yang masih mencengkram bangsa ini, mulai dari belenggu ekonomi, sosial, politik hingga belenggu moralitas.
Terkadang kita tidak menyadari bahwa bangsa ini sebetulnya masih dijajah oleh banyak belenggu yang belenggu itu kita sendiri yang bikin.
Mari kita lihat satu persatu belenggu-belenggu itu.

  • Belenggu Ekonomi, ini "penjajah" yang tetap betah singgah di bangsa ini sejak peristiwa krisis moneter tahun 1998. Seharusnya bangsa ini sudah lepas dari masalah ekonomi jika seandainya para pemimpin bangsa ini serius dalam menuntaskan masalah perekonomian negeri kita. Kita ketinggalan jauh sama Singapore yang pada tahun 1998 juga terkena imbas krisis moneter, bangsa ini juga kalah maju dengan negara tetangga seberang yang sama2 menyandang gelar sebagai "negara berkembang" India. Walaupun dalam dua tahun terakhir ini ekonomi bangsa ini mengalami sedikit perbaikan. Tetapi perbaikan itu tidak terlalu membawa dampak yang terlalu berarti bagi negeri ini.
  • Belenggu Sosial, ini belenggu yang agak sulit dihapus dan dihindarkan, karena di negara manapun pasti masalah sosial adalah masalah yang klasik tetapi sangat berpengaruh terhadap perkembangan sebuah negara. Nah bedanya di bangsa kita jurang sosialnya sangat lebar.
  • Belenggu Politik, ini yang sangat pelik politik negara ini sedang diawasi oleh seluruh dunia sejak masalah teroris yang diidentifikasikan bersarang di negeri ini. Terlebih sejak masalah 11 September dan kasus Bom Bali. Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa kita yang mayoritas umat muslim menjadi bulan2an organisasi dunia. Kita sebetulnya ditakuti oleh dunia karena negeri ini negeri sarang teroris, tapi pemimpin kita tidak berani mengambil sebuah tindakan yang membuat "ketakutan" dunia itu menjadi sebuah keuntungan bagi negeri ini. Pemimpin kita terlalu lemah dan takut mengambil resiko, padahal kalau saja pemimpin negeri ini berani masalah teroris itu bisa "diuangkan". maksudnya disini minimal ya kalo bangsa ini butuh dana segar ya minimal prosesnya gampang tidak dipersulit.
  • Belenggu Moral, nah ini dia belenggu yang dari jaman Soeharto ampe jaman kepemimpinan SBY kagak bisa tuntas-tuntas. Moral para pemimpin kita yang masih doyan berperilaku ala "tikus got" menjadi sebuah dilema besar bagi bangsa ini. Dan moral busuk ini mulai beraksi mulai dari para pejabat daerah sampe pejabat di pemerintahan pusat. Parah..parah... Gimana mau maju neh bangsa Korupsi masih merajalela, namanya juga hama "tikus" biar dibasmi gaya apapun tetap aja pada akhirnya muncul lagi. Nah ini sekarang tergantung dari manusianya sendiri kalo kagak kuat iman ya udah deh. So solusinya apaan donk? Solusinya adalah spiritualitas, itu menurut saya. Kalau spiritualitas bangsa ini bagus maka yakin deh pasti bangsa ini juga jadi bagus.

Aku dan Telaga


Aku dan Telaga

sunyi hatiku sesunyi telaga
air mata menetes seiring tetesan embun
aku bercermin di tepi telaga
ada luka di ujung hati
ingin aku berlari
seperti hembusan angin
mengakhiri yang telah terjadi
gemericik air telaga memecah keheningan
sirna sudah
cinta yang dulu ada
rasa yang dulu singgah
semua telah sirna
tiada tersisa
kini hanya aku dan telaga
saling bercerita saling berbagi
akan kesedihan dan kesendirian
kabut menyelimuti telaga
yang membisu
terdiam kelabu
seperti diriku yang membisu
seperti hatiku yang kelabu
aku dan telaga tiada berbeda